Textbook | Bagian 3 Semua Anak Senang Belajar, Apa Benar Seperti Itu?

Catatan Ibnu SbR  Menurut para ahli pada dasarnya semua anak senang belajar. Namun apabila para orang tua dan guru diberikan pertanyaan apakah ada anak yang tidak suka belajar? Mereka menjawab banyak. Dan ketika ditanya, apakah ada anak yang tidak suka bermain? Jawabannya tidak ada. Jawaban ini tentu sangat ironis apabila kita merujuk pendapat para ahli. Apa yang menyebabkan anak-anak lebih suka bermain daripada belajar? Apa yang salah dalam pendidikan kita?

Bagian 3 dimulai dengan sebuah pertanyaan yang sangat tajam. Pembahasan pada bagian yang ketiga ini disebutkan bahwa pada dasarnya "Semua anak senang belajar". Tetapi pada kenyataannya sekarang ini motivasi belajar anak-anak sangat menurun drastis. Para ahli tentunya berpendapat bukan tanpa alasan. Karena kodratnya anak-anak memang senang belajar. Mereka belajar secara alamiah atas keinginan dan kemauan nya sendiri.

Ketika anak-anak masih bayi para orangtua mengajari mereka dengan senang hati. Tidak ada bentak-bentak, omelan, apalagi perlakuan kasar lainnya. Pada saat anak masih bayi orang tua mengajarinya sambil tersenyum dan tertawa. Lalu bagaimana saat mereka sudah memasuki usia sekolah? Apakah sekolah mereka ramah anak?

Di dalam bukunya mbak Erlinda dan Kak Seto menuliskan, apakah sekolah mereka ramah anak? Perhatikan jumlah mata pelajaran yang harus dikuasai. Bagaimana beban pekerjaan rumah (PR) mereka, kurikulumnya, kualitas gurunya, dan bagaimana pula sarana dan prasarana? Lebih jauh kak Seto dan mbak Erlinda menyatakan masih banyak sekolah-sekolah yang lebih mengutamakan hasil belajar daripada proses belajar. Banyak para guru yang hanya memikirkan bagaimana murid-muridnya bisa lulus ujian.

Satu pertanyaan lagi yang menarik adalah bagaimana mungkin anak-anak akan senang belajar kalau suasana sekolahnya tidak ramah, kualitas pengajaran gurunya tidak menarik, membosankan, atau otoriter terhadap siswa? Sehingga ketika terjadi proses pembelajaran anak-anak diliputi berbagai rasa takut, khawatir dimarahin guru lain-lain. 

Apakah benar seperti itu? Pertanyaan itu tidak bisa kita jawab secaranya menyeluruh. Karena setiap sekolah tidak mungkin sama, jika memang sekolah belum ramah anak seperti yang disebutkan. Maka itu adalah tugas dari kepala sekolah beserta para guru untuk menciptakan suasana sekolah yang ramah anak. Apabila sekolah sudah ramah anak namun anak-anak masih tidak suka belajar maka ada faktor lain yang menyebabkannya. Pada umumnya pandangan bahwa anak yang tidak suka belajar biasanya lebih suka bermain. 

Para guru dan orang tua harus menyadari bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Begitulah kak Seto menyebutkan dalam bukunya. Di dalam buku juga disebutkan ada unsur-unsur yang membuat anak-anak begitu antusias bermain diantaranya unsur penasaran, harapan, dan imajinasi. Persis seperti yang dikemukakan oleh Hughes (ahli teori bermain) yang menyebutkan bahwa unsur ciri bermain ada lima yaitu menyenangkan, motivasi diri, kebebasan berkreasi, imajinasi, dan peran serta aktif.

Setelah kita mengetahui bahwa ada berbagai unsur di dalam bermain. Selanjutnya adalah tugas bagi para orangtua dan guru bagaimana agar unsur-unsur tersebut ada di dalam proses belajar anak-anak. Menggabungkan antara belajar dan bermain menjadi hal yang sangat dianjurkan agar proses belajar menjadi menyenangkan. Suapaya anak-anak tidak merasa bosan dan menjadikan anak-anak suka belajar.

Apabila anak-anak sudah senang belajar maka ia tidak perlu disuruh-suruh lagi, dengan sendirinya dia akan belajar. Apabila ada anak yang tidak senang belajar maka adalah tugas kita mengevaluasi apa yang menyebabkan anak-anak tidak senang belajar. Tidak langsung memutuskan bahwa anak itu malas atau tidak mau belajar.

Di paragraf terakhir kak Seto mengajak kita semua untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan anak-anak menjadi senang belajar. Apabila mereka senang tentu mereka akan tertarik dan dengan sendirinya mereka akan melakukannya sendiri tanpa kita suruh. Semoga para orang tua dan guru terus berinovasi dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.


Bagian Pendahuluan

Bagian 1 Spektrum Cerdas itu Luas

Bagian 2 Belajar adalah hak anak

Bagian 3 Semua anak senang belajar

Bagian 4 Gaya belajar setiap anak berbeda

Bagian 5 Stop kekerasan terhadap anak di sekolah

Bagian 6 Stop kekerasan terhadap anak di keluarga

Bagian 7 Keluarga sebagai pranata sosial

Bagian 8 Didiklah anak sedini mungkin

Bagian 9 Prinsip-prinsip dasar mendidik anak

Bagian 10 Kreatif dalam mendidik

Bagian 11 Waspada teknologi informasi

RajaBackLink.com

Komentar